Welcome to Basecom Analysis, Please Leave Your Comment Alamat. Jl. Sunan Ampel Kedung malang Purwokerto CP. 081226944797

Jumat, 30 Desember 2011

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS ANTARA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BUMIAYU DAN DI MAN 2 BREBES KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES 2011


BAB  I
PENDAHULAAN
A.     Latar Belakang
Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan fisiologis (Widyastuti dkk, 2009). Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12 – 21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12 – 23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Adanya perubahan yang dialami remaja, maka dorongan untuk melakukan seks pun meningkat. Mereka mulai tertarik pada jenis kelamin lain, mereka mulai mengenal apa yang dinamakan cinta, saling memberi dan menerima kasih sayang dari orang lain. Hal ini merupakan awal ketertarikan lawan jenis, yang kemudian berlanjut dengan berpacaran dimana ekspresi perasaan pada masa pacaran diwujudkan dengan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan bersentuhan yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksualnya. Aktifitas lain yang umumnya dilakukan para remaja untuk menyalurkan dorongan seksual agar mendapatkan kepuasan jasmaniah adalah dengan melihat majalah atau film porno atau berfantasi seksual (Hurlock, 2002)
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Dampak yang mereka tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar (Ivanalbar, 2006).
Dampak seks bebas yang remaja ketahui masih sangat rendah, yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion) (Muzayyanah, 2008).
 Menurut Dea (2010) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional  (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah terhadap Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Atas (SMP/SMA) tentang pengetahuan, sikap dan praktek terhadap kesehatan reproduksi didapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja perempuan pernah menonton gambar/film porno. Media yang sering dipakai adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/koran (46%). Setelah menonton gambar/film porno sebanyak 77% siswa laki-laki mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang sama. Kemudian didapatkan pula bahwa hanya sekitar 2% siswa yang menjawab benar pertanyaan tentang pengertian menstruasi. Topik lain yang dijawab benar oleh sedikit siswa tentang merangsang diri sendiri (masturbasi/onani) dapat menyebabkan kemandulan (17,5%), dan hubungan seks yang hanya dilakukan sekali tidak menyebabkan kehamilan (43,5%) (BKKBN, 2008).
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggraeni (2010) menyatakan ada hubungan signifikan antara sikap remaja terhadap seks pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMA Kerabat Kita Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Sementara penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alifatul (2010) menyatakan sebagian besar remaja putri di SMA Negeri I Sokaraja mempunyai pengetahuan yang cukup baik mengenai dampak seks bebas dan remaja putri di SMA Negeri I Sokaraja mempunyai pengetahuan yang kurang baik mengenai dampak seks bebas.
Jumlah penduduk Kabupaten Brebes 1.767.000 jiwa, dengan jumlah remaja umur 13-20 tahun pada tahun 2010 sebanyak 90.654 orang. Secara administrative Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan yang terdiri atas 292 desa dan 5 kelurahan. Bumiayu merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Brebes yang memiliki sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah Negeri (MAN) yaitu SMA Negeri 1 Bumiayu dan MAN 2 Brebes.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dengan alasan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, dan sikap remaja tentang seks bebas. Dimana di harapkan pada remaja yang bersekolah di MAN memiliki perilaku yang baik,karena keseharian mereka banyak diberikan pelajaran tentang agama, dalam arti lain sekolah yang mengutamakan pendidikan agama. Sedangkan pada siswa SMA hanya diberi pelajaran umum sehingga pelajaran agamanya kurang di utamakan.
Dalam studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Bumiayu diperoleh keterangan bahwa pada tanggal 1 November 2010 jumlah siswa sebanyak 887 orang yang terdiri dari 275 siswa kelas I, 309 siswa kelas II, 303 siswa kelas III. Dari 10 siswa yang telah diwawancarai didapatkan 10(100%) siswa sudah tahu apa itu seks bebas dan dari 10 siswa tersebut 7(70%) siswa mengatakan tidak setuju dengan seks bebas, sedangkan 3(30%) siswa mengatakan boleh-boleh saja asalkan dengan pengaman.
Sedangkan studi pendahuluan di MAN 2 Brebes diperoleh keterangan bahwa pada tanggal 1 November 2010 jumlah siswa sebanyak 574 orang yang terdiri dari 233 siswa kelas I, 229 siswa kelas II, 112 siswa kelas III.  Dari 10 siswa yang telah diwawancarai didapatkan 10(100%) siswa sudah tahu apa itu seks bebas dan 10(100%)  siswa juga  mengatakan tidak setuju dengan seks bebas.
Informasi dari guru BK (Bimbingan dan Konseling) pada masing-masing sekolah ( SMA dan MAN) bahwa dalam operasi sekolah banyak didapatkan gambar-gambar dan video porno yang tersimpan di dalam telephone gengam (handphone) sebagian siswa, hal ini menunjukan adanya perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan pengetahuan,dan sikap remaja tentang seks bebas antara remaja di SMA Negeri 1 Bumiayu dan di MAN 2 Brebes.

1 komentar: